Desember 05, 2013

Diabetes Mellitus

Pendahuluan

Penyakit diabetes terdapat pada sekitar 1 wanita usia reproduksi dan 1–2% diantaranya akan menderita diabetes gestasional.Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (meningkatanya kadar gula darah) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.

Gejala Umum dari Diabetes Melitus (DM)

􀂙 Banyak kencing (poliuria).
􀂙 Haus dan banyak minum (polidipsia), lapar (polifagia).
􀂙 Letih, lesu.
􀂙 Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
􀂙 Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangankabur, disfungsi ereksi pada pria, dan    pruritusvulvae pada wanita


Pembagian DM

􀂙 DM tipe 1
- Kerusakan fungsi sel beta di pankreas
- Autoimun, idiopatik

􀂙 DM Tipe 2

Menurunnya produksi insulin atau berkurangnya
daya kerja insulin atau keduanya.

􀂙 DM tipe lain:
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas, obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain.
􀂙 DM pada masa kehamilan = Gestasional Diabetes
Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinanyang dialami oleh si Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DMsejak sebelum hamil
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil

Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:

Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan.
Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil.
Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakitpembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah perifer.
90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional (TipeII) dan DM yang tergantung pada insulin (Insulin
Dependent Diabetes Mellitus = IDDM, tipe I).

Diagnosis

Kriteria Diagnosis:
1. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu > 200 mg/dl. Gula darah sewaktumerupakan hasil pemeriksaan sesaat padasuatu hari tanpa memerhatikan waktumakan terakhir. Atau:
2. Kadar gula darah puasa > 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak mendapatkalori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO > 200mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard WHO, menggunakan beban glukosa yangsetara dengan 75 g glukosa anhidrus yangdilarutkan dalam air.

Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)
• Tiga hari sebelum pemeriksaan tetapmakan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dantetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
• Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulaimalam hari) sebelum pemeriksaan, minumair putih tanpa gula tetap diperbolehkan
• Diperiksa kadar glukosa darah puasa
• Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa),atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkandalam 250 ml air dan diminum dalamwaktu 5 menit
• Berpuasa kembali sampai pengambilansampel darah untuk pemeriksaan 2 jamsetelah minumlarutan glukosa selesai
• Diperiksa kadar glukosa darah 2 jamsesudah beban glukosa
• Selama proses pemeriksaan, subyek yangdiperiksa tetap istirahat dan tidakmerokok.Apabilahasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat digolongkan kedalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
- TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelahpembebanan antara 140 – 199 mg/dl
- GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl.

Reduksi Urine

Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian daripemeriksaan urine rutin yang selalu dilakukan diklinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria. Beberapa hal yang perlu diingat darihasil pemeriksaan reduksi urine adalah:

􀂙 Digunakan pada pemeriksaan pertama sekaliuntuk tes skrining, bukan untuk menegakkan diagnosis
􀂙 Nilai (+) sampai (++++)
􀂙 Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebablain, seperti: renal glukosuria, obat-obatan, dan lainnya
􀂙 Reduksi (++)  à kemungkinan KGD: 200 –300 mg%
􀂙 Reduksi (+++) à kemungkinan KGD: 300 –400 mg%
􀂙 Reduksi (++++) àkemungkinan KGD: 􀂕 400 mg%
􀂙 Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
􀂙 Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikanpedoman.

Risiko Tinggi DM Gestasional:
1. Umur lebih dari 30 tahun
2. Obesitas dengan indeks massa tubuh 􀂕30 kg/m2
3. Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
4. Pernah menderita DM gestasionalsebelumnya
5. Pernah melahirkan anak besar > 4.000gram
6. Adanya glukosuria
7. Riwayat bayi cacat bawaan
8. Riwayat bayi lahir mati
9. Riwayat keguguran
10. Riwayat infertilitas
11. Hipertensi

Komplikasi pada Ibu

1. Hipoglikemia, terjadi pada enam bulanpertama kehamilan
2. Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi insulin
3. Infeksi saluran kemih
4. Preeklampsi
5. Hidramnion
6. Retinopati
7. Trauma persalinan akibat bayi besar

Masalah pada anak
1. Abortus
2. Kelainan kongenital spt sacral agenesis,neural tube defek
3. Respiratory distress
4. Neonatal hiperglikemia
5. Makrosomia
6. hipocalcemia
7. kematian perinatal akibat diabetikketoasidosis
8. Hiperbilirubinemia

Penderita DM Gestasional memunyai resiko yangtinggi terhadap kambuhnya penyakit diabetes yang pernah dideritannya pada saat hamilsebelumnya.
Saran: 6-8 minggu setelah melahirkan, ibu tersebut melakukan test plasma glukosa puasadan OGTT 75 gram glukosa. Pasien gemukpenderita GDM, sebaiknya mengontrol BB, karenadiperkirakan akan menjadi DM dalam 20 tahun kemudian

Prinsip Pengobatan DM:
1. Diet
2. Penyuluhan
3. Exercise (latihan fisik/olah raga)
4. Obat: Oral hipoglikemik, insulin
5. Cangkok pankreas
Tujuan Pengobatan:
􀂃 Mencegah komplikasi akut dan kronik.
􀂃 Meningkatkan kualitas hidup, dengan menormalkan KGD, dan dikatakan penderitaDM terkontrol, sehingga sama dengan orang normal.
􀂃 Pada ibu hamil dengan DM, mencegahkomplikasi selama hamil, persalinan, dan komplikasi pada bayi.

Prinsip Diet

􀂙 Tentukan kalori basal dengan menimbangberat badan.
􀂙 Tentukan penggolongan pasien: underweight (berat badan kurang), normal, overweight (berat badan berlebih), atau obesitas(kegemukan)Persentase = BB (kg)/(Tinggi Badan (cm) –100) X 100%
Underweight: < 90%
Normal: 90–110%
Overweight: 110–130%
Obesitas: > 130%
􀂙 Jenis kegiatan sehari hari; ringan, sedang,berat, akan menentukan jumlah kalori yang ditambahkan. Juga umur dan jenis kelamin.
􀂙 Status gizi
􀂙 Penyakit penyerta
􀂙 Serat larut dan kurangi garam
􀂙 Kenali jenis makananPenyuluhan terpadu untuk penderita DM danlingkungannya
􀂙 Penyuluhan dari Dokter, Perawat dan ahli gizi -di beberapa RS sudah ada Klinik Diabetes Terpadu.
􀂙 Sasaran: Penderita, keluarga penderita, lingkungansosial penderita.

Obat DM

􀂙 Meningkatkan jumlah insulin
􀂃 Sulfonilurea (glipizide GITS, glibenclamide,dsb.)
􀂃 Meglitinide (repaglinide, nateglinide)
􀂃 Insulin injeksi
􀂙 Meningkatkan sensitivitas insulin
􀂃 Biguanid/metformin
􀂃 Thiazolidinedione (pioglitazone, rosiglitazone)
􀂙 Memengaruhi penyerapan makanan
􀂃 Acarbose
􀂙 Hati-hati risiko hipoglikemia berikan glukosa oral (minuman manis atau permen)

Sasaran pengontrolan gula darah
􀂙 Kadar gula darah sebelum makan 80-120mg/dl
􀂙 Kadar gula darah 2 jam sesudah makan < 140mg/dl
􀂙 Kadar HbA1c < 7%
Penanganan Diabetes pada Kehamilan
Kehamilan harus diawasi secara teliti sejak dini untuk mencegah komplikasi pada ibu dan janin.
Tujuan utama pengobatan DM dengan hamil:
1. Mencegah timbulnya ketosis danhipoglikemia.
2. Mencegah hiperglikemia dan glukosuriaseminimal mungkin.
3. Mencapai usia kehamilan seoptimalmungkin.

Biasanya kebanyakan penderita diabetes atau DM gestasional yang ringan dapat di atasi dengan
pengaturan jumlah dan jenis makanan, pemberian anti diabetik secara oral, dan mengawasikehamilan secara teratur. Karena 15-20% dari pasien akan menderita kekurangan daya pengaturan glukosa dalam masakehamilan, maka kelompok ini harus cepat-cepat
diidentifikasi dan diberikan terapi insulin. Bilakadar plasma glukosa sewaktu puasa 105 mg/ml
atau kadar glukosa setelah dua jam postprandial120 mg/ml pada dua pemeriksaan atau lebih, dalam tempo 2 (dua) minggu, maka dianjurkanagar penderita diberikan terapi insulin. Obat DM oral kontraindikasi. Penentuan dosis insulinbergantung pada: BB ibu, aktivitas, KGD,
komplikasi yang ada.Prinsip: dimulai dengan dosis kecil reguler insulin3 kali sehari, dosis dinaikkan bertahap sesuairespons penderita.

Penyuntikan Insulin
1. Kenali jenis insulin yang ada, kandungan/ml(unit/ml).
2. Kenali jenis spuit insulin yang tersedia: 40u/ml, 100 u/ml, 50u/0,5 ml.
3. Suntikan diberikan subkutan di deltoid, pahabagian luar, perut, sekitar pusat.
4. Tempat suntikan sebaiknya diganti-ganti.
5. Suntikan diberikan secara tegak lurus.
6. Pasien segera diberi makan setelah suntikandiberikan. Paling lama setengah jam setelah suntikan diberikan.
7. Kalau pasien suntik sendiri, harus dapatmelihat dengan jelas angka pada alat suntik.
8. Saat ini ada alat suntik bentuk pena dengankontrol dosis yang lebih mudah dan lebih tepat, dan mudah dibawa-bawa.

Bagaimana wanita dengan diabetes?
􀂃 Dapat hamil dan punya anak sepanjanggula darah terkontrol.
􀂃 Disarankan memilih kontrasepsi dengankadar estrogen rendah.
􀂃 Dapat memakai pil tambahan hormonprogesteron.
􀂃 IUD dapat menimbulkan risiko infeksi.

Tanda Komplikasi DM
􀂙 Makrovaskular: stroke, penyakit jantung koroner, ulkus/ gangren.
􀂙 Mikrovaskular: retina (retinopati) dan ginjal(gagal ginjal kronik), syaraf (stroke,neuropati).
􀂙 Koma: hiperglikemi, hipoglikemi, stroke.
1.Pengertian diabetes mellitus
- Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long)
- Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart)
- Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
- Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
2.Etiologi
Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa diabetes mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
a.Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b.Faktor non genetik
1.)Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.
2.)Nutrisi
a.)Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.)Malnutrisi protein
c.)Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3.)Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4.)Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat
3.Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
a.Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b.Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
1.)Non obesitas
2.)Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
c.Diabetes mellitus type lain
1.)diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
2.)Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
3.)diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
4.Patofisiologi
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.
5.Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a.Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b.Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
c.Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
d.Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
e.Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
6.Diagnosis
Diagnosis diabetes mellitus umumnya dipikirkan dengan adanya gejala khas diabetes mellitus berupa poliuria, polidipsi, poliphagia, lemas dan berat badan menurun. Jika keluhan dan gejala khas ditemukan dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang lebih 216 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosa
7.Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
a.Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.
b.Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
c.Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
d.Diet B1 dan B­2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
Indikasi diet A :
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
Indikasi diet B :
Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
a.Kurang tahan lapan dengan dietnya.
b.Mempunyai hyperkolestonemia.
c.Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung koroner.
d.Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
e.Telah menderita diabetes dari 15 tahun
Indikasi diet B1
Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang :
a.Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
b.Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.
c.Masih muda perlu pertumbuhan.
d.Mengalami patah tulang.
e.Hamil dan menyusui.
f.Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
g.Menderita tuberkulosis paru.
h.Menderita penyakit graves (morbus basedou).
i.Menderita selulitis.
j.Dalam keadaan pasca bedah.
Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.
Indikasi B2 dan B3
Diet B2
Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt.
Sifat-sifat diet B2
a.Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein kurang.
b.Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
c.Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori / hari.
Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.
Diet B3
Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt
Sifat diet B3
a.Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
b.Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari.
c.Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
d.Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
e.Dipilih lemak yang tidak jenuh.
Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk menurunkan BB.
Penyuluhan kesehatan.
Untuk meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik.
8.Komplikasi
a.Akut
1.)Hypoglikemia
2.)Ketoasidosis
3.)Diabetik
b.Kronik
1.)Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2.)Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
3.)Neuropati diabetic.
B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin.
1.Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :
a.Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b.Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c.Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d.Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e.Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f.Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g.Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h.Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i.Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.
2.Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :
a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
3.Rencana Keperawatan
a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1.)Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2.)Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
3.)Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
4.)Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5.)Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan :
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
Menunjukkan tingkat energi biasanya
Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
1.)Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
2.)Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
3.)Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
4.)Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5.)Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan :
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
1).Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2).Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.
3).Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4).Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5).Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan :
Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
1.)Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2.)Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.
3.)Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
4.)Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Tujuan :
Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
1.)Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2.)Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3.)Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
4.)Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :
Mengakui perasaan putus asa
Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :
1.)Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.
2.)Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
3.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
4.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :
1.)Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2.)Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3.)Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.
4.)Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.
Read More >>

Asuhan Keperawatan Anak Pada Kasus Diabetes Millitus

Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan sistem endokrin yang sering menyerang anak usia sekolah.

Pathogenesis

Disfungsi dari sel – sel beta pulau langerhans di pancreas yang dapat disebabkan oleh adanya tumor, pangkreatitis, penggunaan Corticosteroid yang akan mengganggu sekresi insulin.
Tiga efek utama gangguan / kekurangan insulin :
  • Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel – sel tubuh dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah.
  • Peningkatan nyata mobilisasi lemak dari daerah – daerah penyimpanan lemak menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler.
  • Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Read More >>

Oktober 29, 2013

Asuhan Keperawatan Parkinson

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.
Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun Perawatan Penderita Penyakit Parkinson Pengobatan Penyakit Parkinson memiliki sejarah yang cukup panjang. Fakta menunjukkan bahwa terdapat penurunan kadar dopamin pada Penyakit Parkinson di awal tahun 1960-an, membawa dunia pengobatan kepada penemuan obat levodopa, suatu prekursor dopamin, yang secara efektif dapat memperbaiki gejala-gejala pada Penyakit Parkinson (kajian oleh Barbeau 1962; Birkmayer & Hornikewicz 1962; serta Cotzias et al 1967).
Namun levodopa tersebut tidak menyembuhkan penyakit atau menghentikan perkembangan Penyakit Parkinson, tetapi obat-obat tersebut menyebabkan penderita lebih mudah melakukan suatu gerakan dan memperpanjang harapan hidup penderita
Read More >>
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.
Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun Perawatan Penderita Penyakit Parkinson Pengobatan Penyakit Parkinson memiliki sejarah yang cukup panjang. Fakta menunjukkan bahwa terdapat penurunan kadar dopamin pada Penyakit Parkinson di awal tahun 1960-an, membawa dunia pengobatan kepada penemuan obat levodopa, suatu prekursor dopamin, yang secara efektif dapat memperbaiki gejala-gejala pada Penyakit Parkinson (kajian oleh Barbeau 1962; Birkmayer & Hornikewicz 1962; serta Cotzias et al 1967).
Namun levodopa tersebut tidak menyembuhkan penyakit atau menghentikan perkembangan Penyakit Parkinson, tetapi obat-obat tersebut menyebabkan penderita lebih mudah melakukan suatu gerakan dan memperpanjang harapan hidup penderita
Read More >>
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.
Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun Perawatan Penderita Penyakit Parkinson Pengobatan Penyakit Parkinson memiliki sejarah yang cukup panjang. Fakta menunjukkan bahwa terdapat penurunan kadar dopamin pada Penyakit Parkinson di awal tahun 1960-an, membawa dunia pengobatan kepada penemuan obat levodopa, suatu prekursor dopamin, yang secara efektif dapat memperbaiki gejala-gejala pada Penyakit Parkinson (kajian oleh Barbeau 1962; Birkmayer & Hornikewicz 1962; serta Cotzias et al 1967).
Namun levodopa tersebut tidak menyembuhkan penyakit atau menghentikan perkembangan Penyakit Parkinson, tetapi obat-obat tersebut menyebabkan penderita lebih mudah melakukan suatu gerakan dan memperpanjang harapan hidup penderita
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1   Bagaimana laporan pendahuluan Parkinson?
1.2.2   Bagaiaman asuhan keperawatan Parkinson?
1.2.3   Bagaimana contoh tinjauan kasus Parkinson?
1.3  Tujuan Masalah
1.3.1   Untuk mengetahui laporan pendahuluan Parkinson
1.3.2   Untuk mengetahui asuhan keperawatan Parkinson
1.3.3   Untuk mengetahui contoh tinjauan kasus parkinson
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progsesif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan karateristik yang mucul berupa bradikinesia (perlambatan gerakan), tremor dan kekakuan otot (Smeltzer dan Bare, 2002).
Parkinsonisme merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai dengan tremor ritmik, bradikinesia, kekakuan otot dan hilangnya refleks-refleks postural. Kelainan pergerakan diakibatkan oleh defek jalur dopaminergik( produksi dopamine) yang menghubungkan subtansia nigra dengan korpus striatum ( nucleus kaudatus dan nucleus lentikularis). Basal ganglia adalah bagian dari sistem ekstrapiramidal dan berpengaruh untuk mengawali, modulasi, mengakhiri pergerakan, serta mengatur gerakan-gerakan otomatis ( Sylvia dan price, 1999).
2.2 Etiologi
Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak dan faktor-faktor lainnya seperti :
1.        Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson,
2.        Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.
3.        Parkinson juga disebabkan oleh obat antara lain:
reserpin (serpasil),phenithiszzives,butjrophenous (contohnya haloperidol)
2.3 Patofisiologi
Secara tepat kelainan di batang otak,yaitu disubstansia nigra mesensefalon sebagai substrat penyakit Parkinson.pemeriksaan makroskopik menunjukkan daerah yang pucat (depigmentasi )pada pars kompacta substansia nigra yang dengan jelas menunjukkan lenyap atau berkurangnya jumlah sel-sel neuromelanin yang menghasilkan dopamine pada penyakit Parkinson.sedangkan pada pemeriksaan mikroskopik menunjukkan adanya badan-badan lewy yang merupakan incrusion body dan mendesak granula-granula neuromelanin yang tersisa ke tepi juga terlihat dekstruksi sel dengan fagositosis sisa sel dan pigmen,serta sel-sel yang masih ada akan menciut dan bervakuola.
Pada penyakit ini biasa muncul pada usia 10-60 tahun,dan factor genetif mempunyai peranan penting dalam keluarga.bila terjadi pada usia dibawah 40 tahun disebut parkinsonismus juvenilis
2.4 Tanda dan Gejala
1.    Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan,
2.    Tremor yang menetap ,
3.    Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol,
4.    Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik),
5.    Depresi, demensia,
6.    Wajah seperti topeng.
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
Observasi gejala klinis dilakukan dengan mempelajari hasil foto untuk mengetahui gangguan.
2.6 Komplikasi
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.
2.7 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis dapat dilakukan dengan medikamentosa seperti:
1.    Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan ketika kekurangan dopamin.
2.    Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan karbidopa, inhibitor dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-dopa di dalam darah dan memperbaiki otak.
3.    Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine di dalam otak.
4.    Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.
5.    Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk menunda serangan ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan system persarafan meliputi anamnesis riwayat penyakit,pemeriksaan fisik,pemeriksaan diagnostic, dan pengkajian psikososial.
1.    Kaji saraf kranial, fungsi serebral (koordinasi) dan fungsi motorik.
2.    Observasi gaya berjalan dan saat melakukan aktivitas.
3.    Kaji riwayat gejala dan efeknya terhadap fungsi tubuh.
4.    Kaji kejelasan dan kecepatan bicara.
5.    Kaji tanda depresi.
3.1 Pemeriksaan Fisik
1.    Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
2.    Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada) Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
3.    Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
4.    Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
5.    Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
6.    Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
7.    Mengkaji fungsional klien
a.    KATZ Indeks Termasuk katagori yang mana:
Ø Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah,dan mandi.
Ø Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.
Ø Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
Ø Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang lain.
Ø Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu
Ø Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain.
Ø Ketergantungan untuk semua fungsi diatas.
Keterangan:
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.
b.    Indeks ADL BARTHEL (BAI)
NO
FUNGSI
SKOR
KETERANGAN
1
Mengendalikan rangsang pembuangan tinja
0
1
2
Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar).
Kadang-kadang tak terkendali (1x seminggu).
Terkendali teratur.
2
Mengendalikan rangsang berkemih
0
1
2
Tak terkendali atau pakai kateter
Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/24 jam)
Mandiri
3
Membersihkan diri (seka muka, sisir rambut, sikat gigi)
0
1
Butuh pertolongan orang lain
Mandiri
4
Penggunaan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram)
0
1
2
Tergantung pertolongan orang lain
Perlu pertolonganpada beberapa kegiatan tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang lain.
Mandiri
5
Makan
0
1
2
Tidak mampu
Perlu ditolong memotong makanan
Mandiri
6
Berubah sikap dari berbaring ke duduk
0
1
2
3
Tidak mampu
Perlu banyak bantuan untuk bias duduk
Bantuan minimal 1 orang.
Mandiri
TOTAL SKOR
Skor BAI :
20        : Mandiri
12-19   : Ketergantungan ringan
9-11     : Ketergantungan sedang
5-8       : Ketergantungan berat
0-4       : Ketergantungan total
3.3 Diagnosis keperawatan
1.      Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan bradikinesia, regiditas otot dan tremor ditandai dengan:
 DS: klien mengatakan sulit melakukan kegiatan  DO: tremor saat beraktivitas.
2.      Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kesulitan: menggerakkan makanan, mengunyah, dan menelan, ditandai dengan:
 DS: klien mengatakan sulit makan, berat badan berkurang
 DO: kurus, berat badan kurang dari 20% berat badan ideal, konjungtiva pucat, dan      membran mukosa pucat.
3.      Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan kemampuan bicara dan kekakuan otot wajah ditandai dengan :
DS: klien/keluarga mengatakan adanya kesulitan dalam berbicara
DO: kata-kata sulit dipahami, pelo, wajah kaku.
3.4    Intervensi
Dx.1  Tujuan : meningkatkan mobilitas
Kriteria Hasil:
1.    Bantu klien melakukan olah raga setiap hari seperti berjalan, bersepeda, berenang, atau berkebun.
2.    Anjurkan klien untuk merentangkan dan olah raga postural sesuai petunjuk terapis.
3.    Mandikan klien dengan air hangat dan lakukan pengurutan untuk membantu relaksasi otot.
4.    Instruksikan klien untuk istirahat secara teratur agar menghindari kelemahan dan frustasi.
5.    Ajarkan untuk melakukan olah raga postural dan teknik berjalan untuk mengurangi kekakuan saat berjalan dan kemungkinan belajar terus.
6.    Instruksikan klien berjalan dengan posisi kaki terbuka.
7.    Buat klien mengangkat tangan dengan kesadaran, mengangkat kaki saat berjalan, menggunakan sepatu untuk berjalan, dan berjalan dengan langkah memanjang.
8.    Beritahu klien berjalan mengikuti irama musik untuk membantu memperbaiki sensorik.
Dx.2  Tujuan : mengoptimalkan status nutrisi.
Kriteria Hasil:
1.    Ajarkan klien untuk berpikir saat menelan-menutup bibir dan gigi bersama-sama, mengangkat lidah dengan makanan di atasnya, kemudian menggerakkan lidah ke belakang dan menelan sambil mengangkat kepala ke belakang.
2.    Instruksikan klien untuk mengunyah dan menelan, menggunakan kedua dinding mulut.
3.    Beritahu klien untuk mengontrol akumulasi saliva secara sadar dengan memegang kepala dan menelan secara periodik.
4.    Berikan rasa aman pada klien, makan dengan stabil dan menggunakan peralatan.
5.    Anjurkan makan dalam porsi kecil dan tambahkan makanan selingan (snack).
6.    Monitor berat badan.
Dx.3 Tujuan: memaksimalkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria Hasil:
1.    Jaga komplikasi pengobatan.
2.    Rujuk ke terapi wicara.
3.    Ajarkan klien latihan wajah dan menggunakan metoda bernafas untuk memperbaiki kata-kata, volume, dan intonasi.
4.    Nafas dalam sebelum berbicara untuk meningkatkan volume suara dan jumlah kata dalam kalimat setiap bernafas.
5.    Latih berbicara dalam kalimat pendek, membaca keras di depan kaca atau ke dalam perekam suara (tape recorder) untuk memonitor kemajuan.
3.5  Evaluasi
Ø  Klien mengikuti sesi terapi fisik, melakukan latihan wajah 10 menit 2 kali sehari.
Ø  Klien dapat makan 3 kali dalam porsi kecil dan dua kali snack, tidak ada penurunan berat badan.
Ø  Tidak adanya kesulitan dalam berbicara, kata-kata dapat dipaham.
BAB 4
PENGKAJIAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PARKINSON
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA NYERI KEPALA (PUSING)
PADA GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN
1.    PENGKAJIAN
A.       Identitas
Nama                          : Tn D
Umur                           : 55th
Jenis kelamin               : laki-laki
Suku/bangsa                : Jawa/Indonesia
Agama                         : Islam
Pekerjaan                     : Pensiunan
Pendidikan                  : SMA
Alamat                         : cilacap
Tgl pengkajian             : 3 Maret 2011 pkl 10.00 wib
2.    RIWAYAT KEPERAWATAN
a.         Keluhan utama : pusing
b.        Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah gombong dengan keluhan utama pusing.Tremor kedua kaki dan tangan,lemes.Penyakit yang dialami ini (tremor) sudah terjadi sejak 5 tahun yang lalu
c.         Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mempunyai riwayat hipertensi sebelum mngalami penyakit seperti ini.
d.        Riwayat kesehatan keluarga
Dari keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti ini,hanya dari kakek yang mempunyai riwayat tekanan darah tinggi.Persepsi keluarga terhadap kondisi penyakit yang dialami pasien diperlukan perawatan yang baik supaya cepat sembuh.Keluarga menyetujui terhadap tindakan apa saja yang akan dilakukan yang berhubungan dengan pengobatan pasien demi kesembuhan pasien setelah pasien dan keluarga mendapatkan penjelasan dari petugas.keluarga mengatakan tidak akan mempermasalahkan masalah biaya yang penting pasien segera ditangani.Selama dalam perawatan keluarga menyadari dan menerima proses pengobatan.
3.    OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
a.    System pernafasan
Dada simetris,retraksi (+),RR 20 x/mnt,pernafasan vesikuler,suara tambahan(-),ronchi (-).whezing (-) inspirasi ekspirasi simetris,pernafasan cuping hidung (-), secret/lender (-), terpasang canule O2 3 l/mnt .
b.    System cardiovaskuler
Tekanan darah 210/110 mmHg,nadi 88 x/mnt ,suhu 36 0C,anemis (-)suara jantung gallop dan murmur (-),terpasang infuse RL 20 tpm
c.    System persarafan
GCS 15 , tremor (+),reflek mata (+)
Persepsi sensori:pendengaran (+), pengecapan (-) , penglihatan (+) mengeluh lemes,pusing (nyeri skala 4)
d.   System perkemihan
Terpasang DC dengan produksi  jam 10.00 s/d 11.00 wib sebanyak 100 cc,warna kuning pekat,bau khas.Infeksi saluran kencing (-),oedem (-),scrotum (+),pubis (+)
e.    System pencernaan
Perut supel,nyeri abdomen (-),peristaltic (+)
f.     System musculoskeletal
Tonus otot lembek tidak kaku,tremor ekstremitas atas (+)
g.    Psikososial
Pasien adalah seorang pensiunan tidak ada masalah dengan tetangga atau keluarganya,selama sakit pasien dirawat oleh keluarganya sendiri,harapan keluarga agar penyakitnya segera sembuh dan cepat pulang ke rumah.Hubungan pasien dan keluarga baik begitu juga dengan tetangga sekitar.
h.    Spiritual
Pasien beraga islam,keluarga yakin bahwa semua yang telah terjadi sudah ada yang mengatur kita hanya berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi semua kesulitan.keluarga yakin dengan berdoa kepada Tuhan YME bisa membantu proses kesembuhan pasien.
4.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tgl 3/3/2011
Al               : 9,74 /m3
Erytrosit     :5,70/m3
Hb              :17,3 gr%
Ht               :47,3 vol%
Mcv            :83,0 %
Mch            :30,4%
Mcac           : 36,6%
Trombosit   :160 %
Gol darah   : B
GDS           : 111 mg/dl
Ureum        : 51,0
Creatini       : 1.3
HbSAg       : negative
Terapi medis tgl 3/3/11:
1.    Kalfoxim 2x1
2.    Dexa   3x1
3.    Acran  2x1
4.    Kalmeco 2x1
5.    Angioten 1x1
6.    Zipras 0,5 2x1
Terapi tgl 4/3/11:
1.    Kalfoxim (stop)
2.    dexa (stop)
3.    acran (stop)
4.    diganti cernevit 1x1, panso(1x1)
ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
Masalah
1.
DS: pasien mengatakan pusing
DO:nyeri pusing skala 4,tampak ekspresi sakit,TD:210/110
Peningkatan TIK,TD 210/110 mmhg
Nyeri
2.
DS :pasien mengatakan tremornya terus menerus sehingga tidak bisa beraktifitas,badannya sulit digerakkan
DO: tampak tremor ekstremitas atas
Tremor berlebihan
Tremor Berlebihan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan TIK tidak adekuat
2.      Gangguan mobilisasi berhubungan dengan tremor ekstremitas,otot lemah
INTERVENSI
  1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dengan peningkatan TD 210/110,tampak ekspresi menahan rasa sakit kepala.
Tujuan : nyeri hilang atau berkurang
Criteria hasil :
a.         tekanan darah sistol: 120-140,Diastole:70-100
b.         tidak menunjukkan ekspresi nyeri
Intervensi :
a.       Kaji tingkat nyeri
b.      Kaji tekanan darah tiap jam
c.       Kolaborasi diit rendah garam
d.      Ajarkan tekhnik relaksasi
e.       Beri O2 3l/mnt
f.       Kolaborasi pemberian analgetik
g.      Ciptakan ruangan tetap tenang
  1. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan tremor ,kelemahan fisik
Tujuan : meningkatkan kemampuan mobilisasi
Criteria hasil :
a.       Kebutuhan ADL terpenuhi
b.      Mampu memenuhi kebutuhan ADL mandiri tanpa dibantu orang lain
Intervensi :
a.       Kaji kemampuan pemenuhan keb ADL pasien
b.      Anjurkan istirahat cukup,kurangi aktifitas
c.       Bantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien
d.      Beri pengaman di sekitar tempat tidur
e.       Anjurkan keluarga untuk selalu mendampingi pasien
f.       Latih mobilisasi bertahap
g.      Kolaborasi dengan bagian fisioterapi


IMPLEMENTASI
DIAGNOSA
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Tgl 3/3/11 pkl 10.00 wib
Gangguan nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial
3/3/11 pkl 10.00 wib
Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan tremor dan kelemahan fisik
4/3/11,pkl 05.00
Dx I
Dx II
5/3/11
PKL 05.00
07.00wib
11.00 wib
17.00 wib
20.00wib
Pkl 10.00 wib
1.        Mengkaji tingkat nyeri
2.        Member O2 3l/mnt
3.        Mengajarkan tekhnik relaksasi
4.        Menciptakan suasana ruangan tetap tenang
5.        Member terapi zipras 0,5 mg
6.        Memberi  diit  lunak rendah garam
7.        Mengukur vital sign
8.        Member terapi injeksi dan oral sesuai program
Kalfoxim 1gr
Dexa 5amp
Acran 1 amp
Kalmeco tab
Zypras 0,5
angioten
3/3/11 pkl 10.00 wib
  1. Mengkaji kemampuan pasien gerak pasien
  2. Membantu memenuhi kebutuhan ma/mi pasien
  3. Menganjurkan keluarga untuk selalu mendampingi pasien
  4. Member pengaman di sekitar tempat tidur
  5. Mengkonsulkaan ke bagian fisioterapi
-Mengukur vital sign
-memberi terapi sesuai program
-memberi diit TKTP rendah garam
-membersihkan tempat tidur pasien
-membantu memandikan pasien
-          Mengkaji vital sign
-          Membantu memandikan pasien
-          Member terapi sesuai program
-          Melatih mobilisasi pasien
-          Member diit lunak rendah garam
-          Menyambung infuse RL 20 tpm
-          Pasien diberi fisioterapi
-          Mengukur vital sign dan mengkaji keluhan pasien
-          Member diit makan siang
-          Membantu pasien untuk makan sendiri
-          Membantu pasien mobilisasi
-          Member terapi sesuai program
-          Member diit sore(diit lunak rendah garam)
-          Membantu memandikan pasien
-          Menyambung infuse
pkl 11.00 wib
S: mengatakan nyeri berkurang
O: masih tampak ekspresi nyeri,TD : 210/100
A : masalah belum teratasi
P:lanjutkan implementasi
Pkl 11.00 wib
S: mengatakan ma/mi masih harus dibantu
O: pasien masih tampak tiduran,ma/mi dibantu istrinya.kemampuan kebutuhan ADL tergantu ng pada orang lain
A:masalah belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
-          Pasien kooperatif
TD;140/80
N:88 x/mnt
S:36 0C
RR:20x/mnt
Pasien kooperatif
Diit habis ½ porsi
Pasien kooperatif mengikuti instruksi
Habis ½ porsi
Pasien mengikuti instruksi
-pasien mengeluh pegel pada kakinya,dan pusing
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL
EVALUASI
3/3/11
TGL 4/3/11
05/3/11
PKL 11.00 WIB
S:mengatakan masih lemes,gemetar,pusing
O:tremor (+),ma/mi (+) habis setengah porsi,
A:masalah dx I,II belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
PKL 20.00 WIB
S:mengatakan badan pegel-pegel,pusing berkurang
O:nyeri skala 3,TD: 150/90,analgetik (+),ma/mi (+),kemandirian (-),tremor (+)
A:masalah dx I,II teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi,terapi sesuai program
PKL 08.00 WIB
S:mengatakan masih lemes,pusing sedikit
O:TD:170/100 mmhg,nyeri skala 2,ma/mi (+) masih dibantu keluarga,tremor (+)
A:masalah  dx I,II teratasi sebagian
P:lanjutkkan intervensi,beri diit nasi rendah garam
PKL 11.00 WIB
S: mengatakan kaki masih terasa tebal,pusing hilang timbul
O: tremor (+),diit 1 porsi habis ¾,fisioterapi (+)latihan mobilisasi (+)
A:dx I,II teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi,bantu mobilisasi bertahap
PKL 19.00 WIB
S:mengatakan kaki terasa tebal,nyeri kepala,
O:tremor (+)TD:170/90 mmhg,th(+),mobilisasi (+),diit (+)
A:masalah dx I.II teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi
PKL 08.00 WIB
S: mengatakan pegel berkurang,pusing berkurang
O:tremor (+),TD 130/80,diit (+),terapi (+)
A:masalah dx I,II teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi
PKL 11.00WIB
S:mengatakan pegel dan nyeri berkurang,nyeri skala 2
O:tremor (+),TD:140/80 mmhg,s:36 0C,N:88x/mnt,RR20x/mnt,diit lunak (+)habis ¾ porsi,terapi (+) sesuai program,mobilisasi (+)
A:masalah dx I,II teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi
PKL 19.00WIB
S:mengatakan pusing ada tapi sedikit,pegel-pegel
O:tremor (+),mobilisasi (+),fisioterapi(+),diit (+) habis ½ porsi,ekstremitas bawah bengkak
A:masalah teratasi sebagian
P:anjurkan untuk mengganjal kedua kaki dengan bantal saat tidur/posisi kaki lebih tinggi
DAFTAR PUSTAKA
DOENGES,ME.2000,Rencana Asuhan Keperawatan,edisi 3,Jakarta:EGC
Wilkinson,JM,2007,buku saku diagnosis keperawatan,edisi 7,Jakarta:EGC
Hudak dan Gallo,1996,keperawatan kritis pendekatan holistic,edisi VI,volume     II,Jakarta:EGC
Carpenito linda juall,1995,rencana asuhan dan dokumentasi keperawatn,penerbit buku kedokteran,jakarta
http//:perawatpsikiatri.id.com
long Barbara c,1996,perawatan medical bedah,bandung
Read More >>
. .

Let's Playing Chess Genius !

ki-zers. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Copyright (c) Ki-zers - Blogger Templates created by BTemplateBox.com - Css Themes by metamorphozis.com
A.C. Milan